Pages

Sunday 7 November 2010

Bencana Tsunami Mentawai

Gempa bumi Kepulauan Mentawai 2010
Gempa bumi Kepulauan Mentawai 2010 terjadi pada 25 Oktober 2010 dengan 7,7 MW gempa bumi terjadi dilepas pantai Sumatera. Terjadi di lepas pantai SumatraIndonesiaUnited States Geological Survey (USGS) menyatakan gempa terjadi pada pukul 21:42 waktu lokal (14:42 UTC), sekitar 150 mil (240 km) sebelah barat Bengkulu, dekat dengan Kepulauan Mentawai. USGS awalnya melaporkan episentrum gempa bumi terjadi pada kedalaman 20.5 mil (33,0 km), tapi kemudian melaporkan bahwa kedalaman episentrum gempa pada kedalaman 8.8 mil (14,2 km). dan kemudian 12.8 mil (20,6 km) USGS juga awalnya memperkirakan magnitudo gempa 7,5 skala richter sebelum merevisi menjadi 7,7 skala richter.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan tsunami. Peringatan kemungkinan tsunami disampaikan, tetapi kemudian dicabut setelah kemungkinan ancaman tsunami berlalu. Juru bicara BMKG menyatakan, gempa bumi dirasakan di kota-kota terdekat, tapi tidak ada kerusakan maupun korban jiwa yang dilaporkan. BMKG menyatakan bahwa gempa bumi terjadi dengan kekuatan 7,2 skala richter.  Namun, setelah Peringatan dari BMKG dicabut, Tsunami-pun terjadi setinggi 3-10 Meter dan setidaknya menghilangkan 77 Desa di Kepulauan Mentawai. Berdasarkan laporan Pacific Tsunami Warning Center, gempa menyebabkan sebuah tsunami, yang dilaporkan melanda Resor Selancar Macaronis di Kepulauan Mentawai, yang menghantam dua perahu sewaan.  Akibatnya 286 orang dilaporkan tewas dan 252 orang lainnya dilaporkan hilang, hal ini disebabkan terpencilnya lokasi (pulau hanya dapat dijangkau dengan kapal laut) sehingga membuat laporan korban mengalami keterlambatan. 

Pencarian Korban tsunami
Pencarian korban yang hilang dalam bencana gempa dan tsunami di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, masih akan terus dilakukan. Pascabencana yang terjadi pada 25 Oktober malam tersebut, sekitar 58 orang masih dinyatakan hilang. Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Barat per pukul 18.50, 5 November 2010, menunjukkan 19 orang dari dua desa di Kecamatan Pagai Selatan dan 39 orang dari dua desa di Kecamatan Pagai Utara masih dinyatakan hilang. Dua kecamatan ini memang mengalami kerusakan paling parah dan menelan korban jiwa paling banyak dari empat kecamatan di Mentawai yang diterjang tsunami.
"Pencarian korban masih dilakukan. Tanggap darurat kan masih sampai tanggal 7," ungkap Hendri Faruza, yang turut membantu sebagai petugas bantuan komunikasi di BPBD Sumbar.
Hendri dan rekannya, Nelson Sip, berasal dari komunitas Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI). Mereka menjadi relawan di kantor BPBD di Kota Padang untuk berkomunikasi langsung dengan para relawan di Mentawai.

Jumlah Korban Meninggal Capai 445 Orang
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Barat mencatat jumlah korban meninggal dalam bencana gempa dan tsunami di Kepulauan Mentawai mencapai 445 orang.
Berdasarkan pemantauan Kompas.com di Kantor BPBD Sumbar, Sabtu (6/11/2010), data terakhir ini dikeluarkan per tanggal 5 November 2010, pukul 18.50 WIB.
Korban meninggal terbanyak terdapat di Desa Betumonga, Kecamatan Pagai Utara. Data BPBD menunjukkan korban jiwa terbesar berasal dari dusun Muntei sebanyak 114 orang dan dusun Sabeugunggung sebanyak 121 orang.
Korban jiwa dalam jumlah besar juga dialami oleh masyarakat dusun Balerak Sok dan dusun Taparaboat, Desa Malakopa, Kecamatan Pagai Selatan.
Di desa ini, korban jiwa mencapai 58 orang. Sementara itu, sisa korban jiwa lainnya tersebar di Desa Bosua dan Desa Beriuleu di Kecamatan Sipora Selatan, Desa Bulasat di Kecamatan Pagai Selatan, Desa silabu di Kecamatan Pagai Utara, serta Desa Taikako di Kecamatan Sikakap.
BPBD juga mencatat jumlah penduduk yang masih belum ditemukan mencapai 58 orang. Sedangkan jumlah korban luka berat sebanyak 175 orang dan luka ringan sebanyak 325 orang.
Penduduk yang mengungsi pun mencapai ribuan orang. BPBD mencatat jumlah pengungsi dari empat kecamatan di Mentawai yang menjadi korban keganasan tsunami mencapai 15.353 jiwa.

KKP Siapkan Anggaran Rp 15 Miliar
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berencana merelokasi anggaran kementerian sebesar Rp 15 miliar untuk proses rehabilitasi dan rekonstruksi di Mentawai. Hal itu dikemukakan Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad, saat berkunjung ke Mentawai, Rabu (3/11/2010).


Anak kembar, Nila dan Lili membawa buah kelapa untuk mereka minum airnya dari pohon kelapa di sekitar reruntuhan bangunan yang tersapu tsunami di Kampung Tumalei, Desa Silabu Kecamatan Saumanganya, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, Minggu (31/10/2010). Warga meminum air kelapa sementara bantuan air bersih belum tiba. Mereka pun masih menggunakan air kotor karena sulitnya mendapatkan air bersih untuk kebutuhan MCK.

Berdasarkan data sementara KKP, kerugian di desa nelayan pada empat kecamatan di Kepulauan Mentawai (Kecamatan Sipora, Pagai Utara, Sikakap, dan Pagai Selatan) diperkirakan mencapai Rp 46,36 miliar.
Adapun Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sikakap juga mengalami kerusakan karena terendam air dengan ketinggian 1,5 meter. Namun, PPP Sikakap saat ini masih dapat difungsikan sebagai dermaga pendukung dan area penyimpanan bantuan dari Padang.
"Kami sudah memetakan lokasi-lokasi lain yang punya potensi besar terkena tsunami, dan berharap dapat segera bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk mengantisipasinya," ujar Fadel.
Fadel mengemukakan, pihaknya bersama dengan Institut Penelitian Pelabuhan dan Bandar Udara (PARI), Akita University dan Saitama University dari Jepang akan melakukan pemetaan kondisi daerah bencana, tanggal 5-9 November 2010. Tim gabungan ini diharapkan menyusun rekomendasi rehabilitasi pasca tsunami.
Tahun 2011, KKP akan merelokasi anggaran dari program rehabilitasi dan pengelolaan terumbu karang (COREMAP) sebesar Rp 5 miliar untuk membantu pemulihan kegiatan masyarakat nelayan dan pembudidaya ikan di Mentawai.
Selain itu, relokasi anggaran KKP sebesar Rp 10 miliar untuk rehabilitasi PPP Sikakap, rumah nelayan tahan bencana, penyediaan kapal nelayan, serta karamba jaring apung.


Ref. dari:

Pendapat dan Solusi setelah bencana:
Menurut saya bencana ini lumayan besar,karena memakan korban hingga puluhan jiwa.
Solusi yang dilakukan setelah bencana yaitu dengan merehabilitasi tempat tinggal warga pasca bencana, pengelolahan kembali terumbu karang yang hancur untuk membantu pemulihan kegiatan masyarakat nelayan dan pembudidaya ikan di mentawai. Serta membangun rumah nelayan tahan bencana.



1 comment:

  1. Yups, mudah2an pemulihan kembali struktur dan infrastruktur bangunan serta perekonomian warga pasca bencana cepat tercapai yach sob. Thanks tas infonya :)

    ReplyDelete