Pages

Sunday, 14 November 2010

Artikel Teknologi Igos Linux

Igos Linux
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah secara nyata memberikan manfaat yang besar kepada umat manusia. Kemajuan itu membuat kualitas hidup dan kehidupan manusia menjadi lebih baik. Perkembangan teknologi yang ada saat ini dapat dinikmati oleh semua orang termasuk penyandang cacat,  akses informasi teknologi telah memberikan kemudahan bagi mereka untuk mengetahui perkembangan diera informasi ini baik melalui program – program yang telah disediakan oleh komputer maupun melalui akses internet. Industri TI masa kini mulai memperhitungkan keberadaan kaum disable.
Dengan IGOS Linux Voice Command, diharapkan program ini mampu memberikan keringanan dalam pemakaian fungsi software bagi disable, pengguna cukup memerintahkan komputer dengan suaranya untuk menjalankan perintah-perintah secara langsung.
IGOS Linux Voice Command merupakan suatu antarmuka menggunakan media suara. Kita coba membuat suatu aplikasi berbasis open source software untuk mengoperasikan komputer bagi penyandang cacat, kini sudah tersedia pada flatform Windows dan Linux sebagai works aksesibilitas.
Adanya berbagai aplikasi yang terdapat dalam perangkat lunak ini karena lebih didasari pada penggunaan teknologi yang sasarannya bukan hanya orang normal saja namun juga dapat dimanfaatkan oleh mereka yang mengalami keterbalakangan fisik (tubuh dan netra).
Perkembangan teknologi informasi yang sedemikian pesat  baik dalam dunia kerja, pendidikan maupun penerapan teknologi disemua sektor bisa menjadi acuan bagi penyandang cacat untuk lebih berkreasi dan memberikan kemudahan dalam mengembangkan berbagai aplikasi yang telah difasilitasi oleh LINUX.
Beberapa contoh aplikasi perintah untuk memudahkan penyandang cacat bagi tuna daksa atau penyakit semisal stroke. Seperti “ Tools ini dikembangkan dalam bahasa Indonesia, jadi dapat memerintahkan komputer dengan bahasa Indonesia, ” . Dalam prakteknya, pengguna tidak menggunakan bahasa yang terlalu teknis, seperti untuk membuka web browser cukup mengatakan “buka fire fox”, untuk membuka situs Ristek katakan “jelajah Ristek”.
Sementara untuk Tuna netra Keterbatasan penglihatan penyandang tunanetra mulai terkuak dengan munculnya komputer yang mampu ”membaca” dan ”mendengar”. Dengan mesin ”pintar” berbahasa Indonesia yang dinamai Memdengar itu kaum tunanetra dituntun untuk menemukan akses informasi seluas-luasnya. Mereka pun dapat berkreasi menggunakan sarana teknologi informasi dan komunikasi ini.
Terbukanya akses ke dunia informasi global bagi kaum tunanetra ini tercapai berkat pengembangan sistem komputer dan telepon serta layanan multimedia sejak sekitar 40 tahun terakhir. Sistem berupa peranti lunak antarmuka (interface) dan sistem sensor ini memungkinkan penyandang tunanetra bisa memanfaatkan kemampuan indera pendengaran dan perabaan untuk berkomunikasi dengan komputer.
Bagi penyandang tunanetra di Indonesia, layanan akses informasi berbantuan komputer sudah diperkenalkan sekitar 20 tahun lalu dengan memanfaatkan peranti lunak pembaca teks yang dikembangkan Amerika Serikat disebut JAWS (Job Access with Speech). Program ini memandu tunanetra secara audio ketika menggunakan papan ketik komputer. Di negeri asalnya, JAWS dikembangkan tahun 1970-an kini sudah versi 9.
Namun, penggunaan program berlisensi ini memberatkan mereka yang terbatas kemampuan ekonominya—harga Program JAWS sampai 1.200 dollar AS untuk dua unit komputer. Karena itu, untuk membantu mereka dikembangkanlah aplikasi yang berbasis OSS (Open Source Software). Aplikasi pembaca teks pada layar (screen reader) bagi tunanetra yang berbasis OSS, antara lain, dihasilkan Ubuntu—disebut Orca yang merupakan aplikasi dari program LINUX.
Sejak 2003 juga mengembangkan sistem komputer yang ramah bagi penyandang tunanetra dan tunadaksa. Dengan memanfaatkan Free OSS, BPPT membuat webTTS (text to speech), perangkat lunak yang memanfaatkan teknologi penyintesa teks menjadi suara sehingga penyandang cacat (tunanetra) dapat mengetahui konten suatu situs.
Kemudian dikembangkan aplikasi teknologi pengenal wicara (speech recognition) pada berbagai bidang TIK. Hasilnya, tahun 2007, bekerja sama dengan Telkom RDC (Research and Development Center), memanfaatkan salah satu distribusi linux dibuat IGOS Linux Voice Command (ILVC), perangkat lunak menggunakan suara sebagai media antarmuka untuk mengoperasikan komputer. Penggunaan suara sebagai man-machine interface adalah terobosan dalam aksesibilitas komputer.
Kini ILVC terus dikembangkan sehingga memiliki kemampuan mengonversi suara menjadi tulisan. Pengembangan ini diberi nama LiSan (Linux dengan liSan). Bagi pengguna normal, LiSan memungkinkan penulisan dokumen lebih cepat dan memberi peluang pengoperasian komputer hands freely. Tiga fungsi utama LiSan, yaitu sebagai sistem pengenal wicara bahasa Indonesia, sebagai antarmuka pengoperasian komputer dengan suara, dan menyintesis interaksi pengguna, keyboad, dan mouse dengan suara.
Dengan LiSan, seseorang dengan keterbatasan menggunakan tombol-tombol keyboard dan menggerakkan mouse komputer, seperti penderita lumpuh, dapat menggunakan komputer dengan lebih mudah.
Pada program ini dokumen cetak, antara lain, buku, dipindai hingga menjadi file di komputer. Untuk itu digunakan teknologi Optical Character Recognition (OCR) dan kemudian diterjemahkan dalam bentuk suara dengan teknologi screen reader. Program ini memiliki kelebihan, selain berbahasa Indonesia, juga memiliki akurasi hingga 93 persen.
Saat ini, teknologi bahasa dalam TIK pada program Pemerintah menjadi prioritas nasional, mencakup speech recognition (pengenal lisan)—mengubah suara menjadi teks.
IGOS Linux Voice Command dikembangkan dalam lima tahap, yaitu penyiapan data, pembuatan model akustik bahasa Indonesia, pembuatan model bahasa/tata bahasa, decoding dan analisis serta pembuatan inter process communication untuk menjembatani sistem pengenal wicara dengan lapisan aplikasi di linux bagi penyandang cacat khususnya tuna netra yang memiliki ketajaman suara untuk memudahkan pengoprasiannya yakni:
  • Penyiapan Data, Data suara diperlukan untuk melatih sistem. Data suara terdiri dari 50 pria dan 50 wanita dengan masing-masing mengucapkan 367 kalimat. Total kata yang digunakan adalah 351. Data suara kemudian divalidasi dan diverifikasi untuk mendapatkan ketepatan, kecepatan dan kekuatan pelafalan serta transkripsinya.
  • Pembuatan model akustik, Data suara kemudian diproses untuk menghasilkan model akustik bahasa Indonesia. Pendekatan segmentasi dan pelabelan otomatis dilakukan karena data suara tidak memiliki label.
  • Pembuatan model bahasa/tata bahasa Tata bahasa dalam domain perintah komputer harus dibuat agar sistem mempunyai acuan dalam mengenali input suara. Tata bahasa yang digunakan berbasis Deterministik Finite Automata (DFA)
  • Decoding dan AnalisisDecoding dilakukan untuk mengetahui akurasi sistem. Hasil decoding kemudian dianalisis akurasinya dalam mengenali kata maupun kalimat yang diinputkan
  • Pembuatan perangkat komunikasi antar prosesPerangkat komunikasi antar proses dikembangkan untuk menjembatani sistem pengenal wicara dengan lapisan aplikasi di lingkungan Gnome dan linux agar dapat dikendalikan dengan suara.

Dengan adanya konfigurasi server linux, aplikasi untuk server, RDBMS (Relational Database Management System ), MySQL Programan Open Source, Aplikasi Perkantoran Open Officedan CMS, CRM dan ERP mampu memberikan ruang bagi penyandang cacat untuk tetap melek teknologi walaupun adanya keterbatasan fisik sehingga persamaan hak dapat terpenuhi dibidang informasi dan teknologi.

Ref. dari:

Menurut saya teknologi ini sangat bermanfaat sekali bagi kita khususnya untuk para penyandang cacat, sehingga para penyandang cacat dengan mudah mengetahui informasi-informasi. Software ini meringankan para penyandang cacat untuk menggunakan sebuah computer.

No comments:

Post a Comment