Pages

Sunday 7 November 2010

Bencana Gempa Bumi Papua 2010

Gempa Bumi Papua 2010
Gempa bumi Papua 2010 terjadi pada 16 Juni 2010 pukul 12:16 waktu lokal (03:16 UTC) diPapua dengan kekuatan 7,0 Skala Richter. Gempa didahului oleh gempa pertama dengan kekuatan 6,2 Mw pada pukul 12:06 waktu lokal, dan disusul gempa dengan kekuatan 6,6 Mw 42 menit kemudian.
Wilayah Indonesia merupakan daerah yang rawan gempa. Episentrum gempa berada dekat dengan dua lempeng kecil, yaitu Kepala burung dan Lempeng Maoke. Pergerakan batas lempeng ini diperkirakan sebesar 80 mm/tahun pergerakan sinitral (bergerak ke kiri) dari patahan. Pergerakan lempeng konsisten pada wilayah ini atau pada pergerakan destral (kearah kanan) dan saling membentur.
Gempa menghancurkan 9 desa, yaitu Aiyari, Randawaya, Hamtimoi, Karowaiti, Waita, Waridoni, Tare, Larelahiti dan Wabudayar, dan menewaskan 17 orang. Intensitas gempa di Serui di Pulau Yapen dan wilayah pesisir lain mencapai VII pada Skala Mercalli, dan lebih dari skala VI di Biak. Banyak bangunan mengalami kerusakan di Yapen. Gempa juga menyebabkan tanah longsor dan sejumlah kebakaran di Serui.

Korban Gempa Serui Ditemukan Tertimbun Tanah
Jenazah warga Serui ditemukan tertimbun longsor. Pada Sabtu (19/6) satu jenazah ditemukan, dan pada Minggu (20/6) malam jenazah perempuan dan seorang bayi ditemukan di lokasi yang sama. Pencarian atas belasan warga lainnya yang masih tertimbun tanah Senin (21/6) pagi akan dilakukan.
“Korban baru ditemukan (Minggu malam) ibu dan seorang bayi ditimbunan tanah longsor. Korban ini ada dalam satu taksi bersama 12 orang lainnya. Waktu gempa hari pertama taksi tertimpa longsor di ketinggian 500 meter dari permukaan,” kata Asisten III Sekretaris Daerah Kabupaten Yapen Waropen, Aleks Kiriweno, Senin (21/6) pagi.
Selain itu, Aleks yang juga menjabat sebagai Ketua Satkorlak Pengendalian Gencana Gempa Serui mengatakan pihaknya juga sedang mencari tiga orang pekerja yang sedang memperbaiki gorong-gorong (saluran air) di lokasi yang sama, dan diduga tertimbun tanah longsor.
“Medan yang harus dihadapi tim pencari korban cukup berat, terjal dan curam sehingga evakuasi korban sulit dilakukan. Pagi ini (Senin) tim kembali ke lokasi untuk mencari korban lainnya,” kata Aleks.
Penemuan tiga jenasah ini menambah panjang korban tewas akibat Gempa Serui. Menurut Aleks, jumlah korban meninggal yang tercatat di Satkorlak berjumlah enam orang. “Belasan lainnya masih kami cari akibat tertimbun tanah longsor,” kata Aleks.
Belasan warga yang dilaporkan hilang dan diduga tewas dalam timbunan tanah longsor ini dilaporkan pada Kamis (17/6) ke Satkorlak Pengendalian Bencana Gempa Serui oleh Kepala Kampung Sambrawai, Distrik Yapen Utara, Timotius Sinabu. Menurut Timotius, warga kampungnya yang diduga tertimbun tanah longsor bersama taksi yang ditumpangi adalah Amelia Abon,Yosua Umai, Edison Ambokari, Toroce Karubaba (sedang hamil), Selfi Ambokari, Bernad Abon, Karel Tironi, dan Silas Airei.
Kepala Dinas Sosial dan Ketenagakerjaan Kabupaten Yapen Waropen, Yobert Huwai, Senin pagi mengatakan jenazah ibu dan bayi ini ditemukan pada Minggu malam sekitar pukul 20.00 waktu Papua. “Kami masih mencari 13 orang lagi yang masih tertimbun tanah,” kata Yobert.


Ref.dari:

opini dan solusi setelah bencana:
menurut saya bencana ini terjadi karena hukum alam ditambah dengan letak daerah yang terkena bencana yang merupakan daerah rawan gempa.
Solusi setelah bencana yaitu dengan merehabilitasi tempat-tempat yang terkena bencana, dan memperkokoh bangunan-bangunan di daerah tersebut agar tahan terhadap gempa.

No comments:

Post a Comment