Banjir Wasior
Banjir Wasior 2010 adalah bencana banjir bandang yang terjadi pada 4 Oktober 2010 di Wasior,Teluk Wondama, Papua Barat. Banjir bandang terjadi, karena kerusakan hutan di Wasior, sehingga hujan tiada henti yang terjadi sejak Sabtu, 2 Oktober 2010 hinggaMinggu, 3 Oktober 2010 menyebabkan Sungai Batang Salai yang berhulu di Pegunungan Wondiwoy meluap. Banjir yang terjadi menyebabkan banyak infrastruktur di Wasior hancur termasuk lapangan udara di Wasior, sementara kerusakan juga menimpa rumah warga, rumah sakit, dan jembatan. Kerusakan yang terjadi disebabkan banjir yang terjadi membawa serta batu-batuan besar, batang-batang pohon, lumpur. Bencana banjir bandang yang terjadi juga mengganggu hubungan komunikasi, jaringan listrik terputus dan aktifitas masyarakat lumpuh.
Banjir bandang juga menyebabkan 110 orang tewas dan 450 orang masih dinyatakan hilang. Sementara sebagian korban luka-luka dibawa ke Manokwari dan Nabire. Sementara sebagian korban luka lainnya dan warga yang selamat ditampung di tempat-tempat pengungsian. Akibat banjir yang terjadi yang merusak rumah warga dan infrastruktur banyak warga yang selamat memutuskan mengungsi ke Manokwari dengan menggunakan kapal laut.
Pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana mengupayakan dan memberikan bantuan kepada korban banjir bandang dengan memberikan bantuan sandang dan pangan serta bantuan obat-obatan.
Banjir Wasior karena Kerusakan Hutan
Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) menilai banjir bandang di Kota Wasior, Papua, memang disebabkan oleh kerusakan hutan di kawasan Kabupaten Teluk Wondama.
Manajer Desk Bencana Eksekutif Walhi Irhash Ahmady mengatakan Walhi memperkirakan sekitar 30-40 persen hutan di kawasan Hutan Suaka Alam Gunung Wondiboi dan kawasan Taman Nasional Laut Teruk Cenderawasih mengalami alih fungsi. Akibatnya, Kali Angris dan Kali Kiot meluap dan membawa bencana bagi Wasior.
"Ada aktivitas penebangan kayu di sini sejak 1990-an. Jadi sudah sekitar 20 tahun ada aktivitas penebangan di sana. Hutan yang kita tebang hari ini, bencananya bisa 5-10 tahun mendatang. Itu hukum alam saja, pakai logika saja," ungkapnya di kantor Walhi, Jakarta, Kamis (7/10/2010).
Walhi mencatat pemerintah telah mengeluarkan ijin HPH pada tahun 1990 kepada PT WMT dan PT DMP. Namun, karena penolakan warga hingga berujung pada kerusuhan yang diduga pada pelanggaran HAM, aktivitas penebangan hutan berhenti sementara.
Menurut catatan Walhi pula, aktivitas penebangan kembali dilakukan pada tahun 2002. Kali ini aktivitas penebangan hutan berjalan tanpa perlawanan masyarakat karena perusahaan-perusahaan ini sudah mampu membayar ganti rugi kepada warga bahkan membangun kongsi dagang dari hulu sampai hilir.
Irhash mengatakan, PT WMT merupakan pemegang usaha kayu terbesar di papua. Di Teluk Wondama, lokasi perambahannya mencapai 178 ribu hektar. Tercatat pula, lokasi lainnya di Kabupaten Sarni dan Kabupaten Yapen Waropen.
"Penilaian ini bukannya tidak berdasar, Walhi mendapati ratusan gelondongan kayu disertai lumpur dan batu besar bertebaran di seluruh Wasior I, Wasior II, Kampung Rado, Kampung Moru, Kampung Maniwak, Kampung Manggurai, Kampung Wondamawi, dan Kampung Wondiboi. Ini menambah fakta bahwa memang kerusakan hutan di wilayah hulu menjadi penyebab utamanya," tegas Irhash.
Korban Banjir Wasior, Papua
Angka korban tewas akibat banjir bandang di kota Wasior, Kabupaten Teluk Wandoma, Papua Barat terus bertambah. Sampai pukul 16.00 WIT, korban tewas yang sudah ditemukan 83 orang.
"64 orang lainnya dinyatakan hilang. Mereka diperkirakan tertimbun lumpur setinggi 2-3 meter atau hilang terbawa banjir ke laut," kata Staf Khusus Presiden bidang Otda, Velix Wanggai, Rabu (6/10/2010).
Velix juga menjelaskan, Kota Wasior mengalami kerusakan berat hingga 80 persen. Kondisi ini memaksa sedikitnya 4.000 orang mengungsi.
"Mereka dibawa ke Kabupaten Manokwari dan Nabire. Air bersih tidak ada dan listrik padam," ungkap Velix.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga telah menyerahkan dana operasional Rp 200 juta, bahan makanan, obat-obatan dan tenda. Hal yang dibutuhkan mendesak saat ini adalah kantong jenazah, masker, dan obat diare.
Menurut Velix, dari pengamatan di lapangan, pembersihan lumpur dapat memakan waktu 3-6 bulan. Hal ini disebabkan ketersediaan alat berat yang terbatas.
Intensitas Hujan Tinggi
Velix juga mengungkapkan penyebab terjadinya banjir bandang. Menurutnya, bencana tersebut akibat curah hujan yang cukup tinggi seminggu belakangan ini.
Hujan kemudian menjadi air permukaan yang mengalir deras ke arah Kota Wasior yang berada di dataran rendah atau kaki gunung. Aliran air itu membawa serta batu-batuan besar dan batang-batang pohon.
"Vegetasi hutan masih padat dan tidak ada penebangan pohon di pegunungan," tegas Velix.
Ref. dari:
Opini
Menurut saya bencana alam yang terjadi di wasior merupakan suatu hukum alam, karena kenakalan tangan manusia yang serakah akan memanfaatkan sumber daya alam. Seperti penebangan hutan yang terus menerus tanpa adanya proses penghijauan/penanaman kembali.
Solusi
Solusi yang dilakukan setelah bencana yaitu menghilangkan atau mengurangi penebangan hutan secara liar,dan melakukan proses penghijauan terhadap hutan yang gundul.
No comments:
Post a Comment