Pages

Monday, 25 October 2010

Rumah Adat Betang

Pada masa lalu, kehidupan suku-suku Dayak yang berdiam di pedalaman Kalimantan itu hidup secara berkelompok-kelompok. Di mana kehidupan yang mereka jalani pasti dilalui bersama, hal itu terwujud dalam sebuah karya yaitu, Huma Betang (Rumah Betang). Betang bentuknya memanjang serta hanya terdapat sebuah tangga dan pintu masuk ke dalam Betang. Tangga sebagai alat penghubung pada Betang dinamakan hejot. Betang dibangun tinggi dari permukaan fungsinya untuk menghindari musuh yang dapat datang tiba-tiba, binatang buas, ataupun banjir yang terkadang melanda Betang.


kayu yang dipakai untuk membangun rumah betang adalah kayu ulin (Eusideroxylon zwageri T et B), kayu ini memiliki kekuatan yang bisa berdiri sampai dengan ratusan tahun serta anti rayap.
Betang biasanya dihuni oleh 100-150 jiwa di dalamnya, rumah betang dikatakan sebagai rumah suku, karena selain di dalamnya terdapat satu keluarga besar yang menjadi penghuninya dan dipimpin pula oleh seorang Pambakas Lewu. Di dalam betang terbagi menjadi beberapa ruangan yang dihuni oleh setiap keluarga.
Sangat patut disayangkan seiring dengan modernisasi bangunan-bangunan masa sekarang, Betang kini hampir di ujung kepunahan, padahal Betang merupakan salah satu bentuk semangat serta perwujudan dari sebuah kebersamaan suku Dayak. Mungkin nanti Betang akan benar-benar punah tetapi merupakan tanggung jawab kita kepada leluhur untuk tetap mempertahankan semangat Huma Betang. Patut kita sadari di dalam diri ini pasti terdapat rasa untuk tetap memperjuangkan kebudayaan dari leluhur.
Salah satu kebiasaan suku Dayak adalah memelihara hewan, seperti anjing, burung, kucing, babi, atau sapi. Selain karena ingin merawat anjing, suku Dayak juga sangat membutuhkan peran anjing sebagai 'teman' yang setia pada saat berburu di hutan belanntara.




Nama             : Bahrul Ulum
NPM               : 11110315
Kelas               : 1KA31

No comments:

Post a Comment