Pages

Friday, 5 October 2012

Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur

Sinopsis
Novel ini mengisahkan tentang seorang perempuan bernama Nidah Kirani. Ia seorang wanita muslimah yang menjadi pelacur.  Pada awalnya Ia adalah seorang mahasiswa dan aktivis jemaah islam yang mencita-citakan tegaknya islam kaffah. Kecintaannya pada agama membuat dia memilih untuk hidup yang sufistik dan keinginannya hanya satu yaitu menjadi muslimah yang mampu menjalankan ajaran agama secara kaffah. Tidak ada aktivitas hidup yang lebih bermakna selain mendekatkan diri dengan ibadah, mengkaji Kitab Suci dan berzikir lantun kepada-Nya. Ia menegakkan hukum islam dengan memilih jalan dakwah dan bergabung dalam suatu organisasi islam, Organisasi dimana jemaahnya ingin mendirikan negara Islam di Indonesia.
Setelah tergabung dalam organisasi tersebut, ia merasa tidak ada kemajuan dalam organisasinya. Sistem yang tidak transparan yang didalamnya terdapat kepalsuan dan kebohongan.  Nidah Kirani merasa banyak keganjilan dalam organisasi tersebut. Rasa kekecewaan perlahan tumbuh, ia merasa apa yang selama ini menjadi obsesinya dan sedang ia perjuangkan melalui organisasi tersebut, mengalami jalan buntu. Perjalanan sucinya sebagai juru dakwah demi tersemainya tetumbuhan syariat seolah berada dalam lorong panjang yang remang.
Nidah Kirani merasa sangat kecewa, belum lagi banyak masalah yang timbul akibat keaktifannya dalam organisasi itu. Bukannya segera bertobat dan kembali ke jalan Allah, ia malah justru merasa kecewa dengan Allah. Ia merasa tidak ada intervensi dari Allah, padahal ia telah sebegitu berjuangnya selama menegakkan agama.
Nidah Kirani berusaha melarikan diri dari perkumpulan agama yang dianggapnya suci itu. Setelah keluar dari jamaah, Nidah bertemu seorang aktivis mahasiswa yang pernah menjadi teman diskusinya di kampus tempat ia menimba ilmu. Kepadanya ia mencurahkan isi hatinya atas kegundahan yang ia alami. Kepada temannya itu pula ia banyak berdiskusi ihwal pergerakan politik mahasiswa.
Selang beberapa hari berlindung di naungan teman aktivis itu, harkat dan martabatnya sebagai perempuan suci ternodai oleh hasrat-birahi temannya. Dan laki-laki tersebut perlahan menghilang dari pandangan matanya, kemudian akhirnya lenyap entah kemana.
Nidah Kirani kini tak lagi punya pegangan hidup. Nilai-nilai agama yang pernah dia anggap suci dan mulia kini meredup dan terlihat samar-samar di matanya. Sementara beban kejiwaan akibat kesuciannya ternodai menambah pelik persoalan hidupnya. Dalam keadaan seperti itu, ia merasa perjalanan hidupnya terasa gelap. Tuhan yang selama ini menjadi tempat peraduan terakhirnya, seolah tak mau membahas takdir hidupnya. Karena itu ia bersuudzon kepada tuhan. Bagi Nidah, tak ada alasan untuk mengabdi kepada Tuhan.Pada keadaan tersebut, Nidah masuk kedalam kehidupan yang gelap, yaitu kehidupan dengan perilaku seks bebas dan kebiasaan menenggak obat-obatan terlarang.
Dari perjalanan seksualnya itulah lalu tersingkap topeng-topeng kemunafikan para aktivis mahasiswa yang kerap meniduri dan ditidurinya. Lebih ironis lagi, terbongkar pula sisi bejat seorang dosen yang bersedia menjadi germonya dalam dunia remang komersialisasi pelacuran mahasiswa. Tetapi, sebagaimana takdir yang memang misterius, hidup memang tidak selalu tunggal makna. Di mata Nidah, seks bebas yang dia gumuli bukan sekadar pelampiasan kekecewaan, apalagi penyimpangan moral. Seks bebas Nidah merupakan suatu pemberontakan dan penyangkalan eksistensial atas nama kuasa manusia.




Referensi :






No comments:

Post a Comment