Pages

Tuesday, 25 October 2011

Konflik Antar Keorganisasian




Pendahuluan 
Setiap individu dengan segala kelebihan dan keterbatasan yang melekat di dalamnya memiliki sejumlah kebutuhan dan tujuan. Untuk mewujudkan kebutuhan dan tujuan yang diinginkan tidak jarang membutuhkan bantuan dan kerja sama dengan individu lain, sehingga terbentuklah kelompok. Dalam perkembangan selanjutnya beberapa kelompok membentuk kelompok yang lebih besar dan dikenal dengan sebutan organisasi.
Hanya ada dua posisi seseorang dalam sebuah organisasi, yakni dipimpin dan memimpin. Baik organisasi berskala mikro (contohnya Yayasan, LSM, Industri Kecil dan Menengah, dan organisasi kampus) maupun organisasi berskala makro (contohnya perusahaan-perusahaan besar misalnya Astra, IBM, Wall-mart), tidak bisa terlepas begitu saja dengan pola sistematik yang ada di organisasi.
            Organisasi adalah sebuah sistem yang berfungsi sebagai wadah interaksi antar manusia untuk mencapai tujuan tertentu. Seorang pemimpin merupakan tonggak ujung yang akan mengarahkan agar tujuan organisasi tercapai. Pemimpin mempunyai power yang tidak dimiliki oleh orang yang dipimpin. Power tidak dapat tumbuh begitu saja. Power merupakan kekuatan untuk mengelola dan mengatur organisasi.

Teori
Pengertian Konflik
Apa itu konflik?
            Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Konflik juga dapat diartikan sebagai ketidak setujuan antara dua atau lebih anggota organisasi atau kelompok-kelompok dalam organisasi yang timbul karena mereka harus menggunakan sumber daya yang langka secara bersama-sama atau menjalankan kegiatan bersama-sama dan atau karena mereka mempunyai status, tujuan, nilai-nilai dan persepsi yang berbeda. Anggota-anggota organisasi yang mengalami ketidaksepakatan tersebut biasanya mencoba menjelaskan persoalannya dari pandangan mereka.
            Konflik tidak hanya terjadi didalam organisasi saja, tetapi juga dapat terjadi di antara organisasi, konflik antara organisasi yang satu dengan yang lain tidak selalu disebabkan oleh persaingan dari perusahaan-perusahaan di pasar yang sama. Konflik ini bisa terjadi karena adanya ketidakcocokan suatu badan terhadap kinerja suatu organisasi.
Sebagai contoh badan serikat pekerja dicocokkan dengan perlakuan suatu perusahaan terhadap pekerja yang menjadi anggota serikatnya. Konflik ini dimulai dari ketidak sesuaian antara para manajer sebagai individu yang mewakili organisasi secara total. Pada situasi konflik seperti ini para manajer tingkat menengah kebawah bisa berperan sebagai penghubung-penghubung dengan pihak luar yang berhubungan dengan bidangnya.
Apabila konflik ini bisa diselesaikan dengan prioritas keorganisasian atau perbaikan pada kegiatan organisasi, maka konflik-konflik bisa dijadikan perbaikan demi kemajuan organisasi.
            Dalam teori organisasi klasik, terdapat empat struktur yang seringkali menjadi tempat terjadinya konflik, yaitu;
  • Konflik Hierarki
Pada berbagai macam tingkat hierarki dalam organisasi, terdapat terdapat kemungkinan timbulnya konflik. Misalnya, Dewan direktur bisa konflik dan berselisih paham dengan direktur – direktur lainnya, Pimpinan tingkat tengah, Para pengawas, dan atau dengan Kepala bagian Kepegawaian. Demikian pula ada kemungkinan timbul konflik secara umum antar pimpinan dan karyawannya.
  • Konflik Fungsional
Terdapat kemungkinan terjadi konflik fungsional di antara berbagai bagian organisasi yang mempunyai fungsi – fungsi tertentu. Misalnya, konflik diantara bagian produksi dengan bagian pemasaran.
  • Konflik Lini – Staf
Terjadi kemungkinan pula konflik antara pejabat – pejabat staf lini dan staf. Konflik ini timbul ketika pejabat – pejabat staf tidak memiliki otoritas formal atas pejabat – pejabat lini.
  • Konflik Formal – Informal
Terdapat pula kemungkinan konflik antara satuan – satuan organisasi formal dan informal. Suatu contoh bila terjadi pelaksanaan ketentuan organisasi informal tidak seimbang dengan pelaksanaan ketentuan organisasi formal.


Faktor penyebab konflik
Konflik antar organisasi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu:
  • Perbedaan-perbedaan Tujuan & Prioritas.
Konflik juga bisa disebabkan oleh adanya usaha masing-masing sub unit untuk mencapai tujuannya. Hal ini bisa tumbuh menjadi konflik bila ada ketidaksesuaian antar tujuan masing-masing, bahkan usaha pencapaian tujuan suatu sub unit dapat menghalangi sub unit lain dalam mencapai tujuannya.
  • Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial.

Ini dapat membentuk pribadi-pribadi yang berbeda, sehingga dapat menjadi faktor penyebab konflik.
  • Persaingan terhadap sumber-sumber daya yang langka.
Setiap devisi dalam organisasi akan berlomba untuk mendapat bagian dari alokasi sumber daya yg ada. Masing-masing menginginkan alokasi sumber daya yang banyak agar dapat mempercepat pertumbuhan, kemajuan, dan pengembangan dalam divisi. Karena adanya persaingan tersebut maka akan memicu timbulnya konflik.
  • Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial.

Pemecahan konflik antar organisasi
Ada beberapa cara untuk menangani konflik antar organisasi, antara lain :
  • Introspeksi diri
  • Mengevaluasi pihak-pihak yang terlibat.
  • Identifikasi sumber konflik
  • Mengetahui pilihan penyelesaian atau penanganan konflik yang ada dan memilih yang tepat.

Lima tindakan yang dapat kita lakukan dalam penanganan konflik menurut Spiegel (1994), yaitu:
  • Berkompetisi       
Tindakan ini dilakukan jika kita mencoba memaksakan kepentingan sendiri di atas kepentingan pihak lain. Pilihan tindakan ini bisa sukses dilakukan jika situasi saat itu membutuhkan keputusan yang cepat, kepentingan salah satu pihak lebih utama dan pilihan kita sangat vital. Hanya perlu diperhatikan situasi menang – kalah (win-win solution) akan terjadi disini. Pihak yang kalah akan merasa dirugikan dan dapat menjadi konflik yang berkepanjangan.
  • Menghindari konflik
Tindakan ini dilakukan jika salah satu pihak menghindari dari situasi tersebut secara fisik ataupun psikologis. Sifat tindakan ini hanyalah menunda konflik yang terjadi. Situasi menag kalah terjadi lagi disini. Menghindari konflik bisa dilakukan jika masing-masing pihak mencoba untuk mendinginkan suasana, mebekukan konflik untuk sementara.
  • Akomodasi
Yaitu jika kita mengalah dan mengorbankan beberapa kepentingan sendiri agar pihak lain mendapat keuntungan dari situasi konflik itu. Atau disebut juga sebagai self sacrifying behaviour. Hal ini dilakukan jika kita merasa bahwa kepentingan pihak lain lebih utama atau kita ingin tetap menjaga hubungan baik dengan pihak tersebut.
  • Kompromi
Tindakan ini dapat dilakukan jika ke dua belah pihak merasa bahwa kedua hal tersebut sama-sama penting dan hubungan baik menjadi yang utama. Masing-masing pihak akan mengorbankan sebagian kepentingannya untuk mendapatkan situasi menang-menang (win-win solution)
  • Berkolaborasi
Menciptakan situasi menang-menang dengan saling bekerja sama. Pilihan tindakan ada pada diri kita sendiri dengan konsekuensi dari masing-masing tindakan. Jika terjadi konflik pada lingkungan kerja kepentingan dan hubungan antar pribadi menjadi hal yang harus kita pertimbangkan.

Konflik antar keorganisasian dapat berakibat negatif maupun positif tergantung pada cara mengelola konflik tersebut.
Akibat negatif dari konflik:
  • Menghambat komunikasi.
  • Mengganggu kohesi (keeratan hubungan).
  • Mengganggu kerjasama.
  • Mengganggu proses produksi, bahkan dapat menurunkan produksi.
  • Menumbuhkan ketidakpuasan terhadap pekerjaan.
Akibat Positif dari konflik:
  • Membuat organisasi tetap hidup dan harmonis.
  • Berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan.
  • Melakukan adaptasi, sehingga dapat terjadi perubahan dan per-baikan dalam sistem dan prosedur, mekanisme, program, bahkan tujuan organisasi.
  • Memunculkan keputusan-keputusan yang bersifat inovatif.
  • Memunculkan persepsi yang lebih kritis terhadap perbedaan pendapat.

Pembahasan
            Dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa konflik merupakan hal yang tidak bisa dihindari di setiap organisasi, disebabkan oleh banyak faktor yang pada intinya karena organisasi terbentuk dari banyak individu dan kelompok yang memiliki sifat dan tujuan yang berbeda satu sama lain.
            Konflik tidak hanya terjadi didalam organisasi saja, tetapi juga dapat terjadi di antara organisasi, konflik antara organisasi yang satu dengan yang lain tidak selalu disebabkan oleh persaingan dari perusahaan-perusahaan di pasar yang sama. Konflik ini bisa terjadi karena adanya ketidakcocokan suatu badan terhadap kinerja suatu organisasi.
            Secara umum memang konflik dapat menimbulkan tekanan, akan tetapi kadang-kadang konflik dapat mengakibatkan inovasi perubahan. Kemampuan menangani konflik terutama yang menduduki jabatan pimpinan. Yang terpenting adalah mengembangkan pengetahuan yang cukup dan sikap yang positif terhadap konflik, karena peran konflik yang tidak selalu negatif terhadap organisasi. Dengan pengembalian yang cukup senang, pimpinan dapat cepat mengenal, mengidentifikasi dan mengukur besarnya konflik serta akibatnya dengan sikap positif dan kemampuan kepemimpianannya, seorang pimpinan akan dapat mengendalikan konflik yang akan selalu ada, dan bila mungkin menggunakannya untuk keterbukaan organisasi dan anggota organisasi yang dipimpinnya. Tentu manfaatnya pun dapat dirasakan oleh dirinya sendiri. Konflik dapat menambah semangat orang-orang untuk beraktivitas. Didalam suatu organisasi hal ini tentunya akan menjadiakan organisasi tersebut lebih maju  dan berkembang pesat. Oleh karena itu, konflik sebaiknya diselesaikan secara baik dan penuh kebijakan.



Saturday, 8 October 2011

SAMANTA “Organisasi Nirlaba Berbentuk Yayasan”

 
Pendahuluan
Satu isu penting dalam pembangunan sektor kehutanan adalah bagaimana kebijakan kehutanan berpihak kepada kesejahteraan masyarakat miskin di sekitar hutan sekaligus tetap berorientasi pada pengelolaan hutan yang lestari dan berkelanjutan. Lebih tegasnya adalah bagaimana masyarakat sekitar hutan memiliki akses legal dan berperan aktif dalam mengelola sumber daya hutan. 
Nusa Tenggara adalah sebuah wilayah kepulauan yang kaya akan sumberdaya alam (hutan, laut, perairan dan mineral), termasuk di dalamnya berbagai institusi lokal (kebudayaan) yang secara arif telah menjaga dan mengelolanya. Namun kegiatan eksploitasi secara berlebihan dan praktek-praktek pengelolaan terhadap sumberdaya alam yang tidak berkelanjutan telah meningkatkan laju angka kerusakan dan penurunan kuantitas maupun kualitas sumberdaya alam di kawasan ini. Secara lebih khususnya hal itu justru terjadi pada beberapa dekade terakhir dan utamanya semenjak diberlakukannya otonomi daerah (desentralisasi) ini. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap penghidupan masyarakat pedesaan secara luas, di mana masyarakat miskin di pedesaanlah yang paling dirugikan oleh perusakan tersebut. Sebab banyak masyarakat yang tidak bisa lagi mengakses sumberdaya alam dimana sebelumnya para orangtua mereka bergantung.
Dalam rangka menjamin pengelolaan sumberdaya alam yang berbasis masyarakat beberapa pihak yang memiliki concern pada persoalan tersebut kemudian berinisiatif untuk melakukuan berbagai upaya untuk menanggulangi berbagai persoalan di atas. Tujuannya adalah agar para pihak dapat terlibat secara lebih aktif dalam proses pengelolaan sumberdaya alam dan penanggulangan kemiskinan. Salah satu aspek penting dalam mendukung efektifitas pelaksanaan program dan upaya di atas adalah bagaimana menyempurnakan proses dan mekanisme pengelolaan kemitraan (hibah) dengan berabagai pihak. Dalam rangka mempercepat proses pelayanan, penilaian dan pengambilan keputusan terhadap suatu inisiatif/usulan dari para pihak dan atau para mitra di daerah telah dipersiapkan suatu draft Konsep Skema Pengelolaan Pendanaan Alternatif yang dimaksudkan untuk memberi dukungan terhadap inisiatif/proposal kegiatan dalam skala kecil (untuk tahap awal) yang mempunyai nilai (proses, kontribusi, dampak) penting dalam mendukung  pencapaian tujuan-tujuan di daerah dan  mendukung upaya-upaya keberlanjutan (sustainability) program pengelolaan lingkungan dan penanggulangan kemiskinan.
Yayasan Masyarakat Nusa Tenggara (SAMANTA)  merupakan sebuah lembaga nirlaba yang berbentuk yayasan, dimana fokus kegiatannya diarahkan pada upaya penggalangan dana dan pelayanan pendanaan alternatif skala kecil (small grant). Upaya penggalangan dan pelayanan pendanaan alternatif tersebut diarahkan untuk mendukung program/kegiatan yang dilakukan oleh mitra dalam menanggulangi kemiskinan dan pengelolaan sumber daya alam di Nusa Tenggara (Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur). Semua upaya itu dilakukan dengan mengedepankan kaidah layanan yang cepat, tepat, mudah diakses dan berkesinambungan. 
SAMANTA dirintis sejak Mei 2004. Pada Mei 2004, sejumlah LSM lokal dan nasional, pemerintah, perguruan tinggi dan wakil kelompok masyarakat dan beberapa lembaga donor bertemu dan berkonsultasi  dengan mitra-mitra se-Nusa Tenggara di Mataram NTB. Pertemuan itu bertujuan untuk membahas dan membangun pemahaman bersama tentang konsep dan mekanisme pendanaan alternatif dalam rangka upaya pengentasan kemiskinan dan pengelolaan SDA berbasis kemitraan. Selama pertemuan/konsultasi berlangsung, muncul kesepakatan pentingnya pengembangan lembaga mandiri di tingkat regional untuk melakukan penggalangan dana publik untuk pengelolaan SDA yang berkelanjutan. Lembaga mandiri tersebut berupa lembaga yayasan masyarakat atau Regional Community Foundaton (RCF).
V i s i 
Terwujudnya pengelolaan lingkungan dan sumber daya alam secara lestari dan berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui penggalangan dan pengembangan pendanaan alternatif.
M i s i
  • Melakukan penguatan dan pemberdayaan masyarakat miskin yang terpinggirkan dan masyarakat sipil.
  • Mendorong terselenggaranya sistem dan tata kelola SDA dan lingkungan yang baik serta berkeadilan (good environmental governance)
  • Melakukan dan memfasilitasi penggalangan dan dukungan pendanaan alternatif yang mudah diakses oleh mitra baik LSM maupun organisasi masyarakat sipil lainnya.
  • Mendorong pengembangan tanggung jawab sosial perusahaan dan pilantropi (kedermawanan) bagi pemberdayaan masyarakat miskin dan pengelolaan SDA dan lingkungan. 
Teori
 
Apa itu Organisasi?
Istilah organisasi bukanlah hal yang asing lagi bagi kita, karena dari pertama kita menimba ilmu pada tingkat pertama, kita sudah dikenalkan dengan salah satu organisasi kesiswaan seperti OSIS. Dalam kehidupan bermasyarakat pun sering kita jumpai yang namanya organisasi, baik organisasi yang berorientasi laba maupun nirlaba. Tapi tahukah Anda pengertian dari organisasi itu sendiri? Banyak para pakar dunia yang memaparkan pengertian atau definisi organisasi, dimana dari pengertian atau definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa organisasi merupakan suatu system atau perkumpulan yang disusun dalam kelompok, untuk bekerja sama mencapai suatu tujuan bersama.
Dalam membentuk suatu organisasi, sebaiknya menentukan jenis organisasinya terlebih dahulu. Berdasarkan tujuannya, organisasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
  • Organisasi laba (profit) yang bertujuan untuk mencari keuntungan
  • Organisasi sosial atau organisasi nirlaba (non profit)
Pada halaman ini saya akan membahas salah satu dari kedua jenis organisasi tersebut, yaitu organisasi nirlaba (non profit).
 
Organisasi Nirlaba
Organisasi nirlaba atau organisasi non profit adalah suatu organisasi yang bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal didalam menarik perhatian publik untuk suatu tujuan yang tidak komersil, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba.  Berbeda dengan organisasi profit yang sumber pendanaan kegaitan operasionalnya berasal dari laba, pendanaan organisasi nirlaba dapat berasal dari para penyumbang yang tidak mengharapkan pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan. Beberapa sumber pendanaan organisasi nirlaba, antara lain: sumbangan masyarakat, APBD/APBN, lembaga donor lokal, lembaga donor internasional, lembaga pembangunan internasional, melalui kerja sama program/project dengan lembaga lain, atau melalui unit usaha organisasi itu sendiri (fundraising).  
Karena sifat pekerjaan dan sumber pendanaan yang unik inilah, setiap pekerja yang bekerja di sektor nirlaba bertanggung jawab untuk memastikan bahwa dana yang ada digunakan secara efektif. Ada beberapa isu yang harus diperhatikan dalam pengelolaan keuangan lembaga nirlaba, antara lain: bagaimana mengelola pendanaan untuk menjalankan program dan mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan dan aturan yang disepakati dengan pihak donor; juga bagaimana lembaga nirlaba ini dapat menyisihkan sebagian dananya untuk membayar berbagai keperluan operasional seperti pembayaran gaji, tagihan, pajak, dan sebagainya.

Motif organisasi non profit pada umumnya berbasis motif altruistik, motif moral, dan motif sosial. Filantropi dan kedermawanan pun menjadi prinsip dalam kehidupannya. Dalam implementasinya organisasi non profit juga secara alokasi waktu kegiatan organisasinya lebih banyak dihabiskan dalam kerangka diluar mencari keuntungan. Kegiatan yang ada bukan dipenuhi motif bisnis, namun lebih ke arah sosial.
Menurut The Stevens Groups at LarsonAllen, St. Paul, MN, ada tujuh karakteristik keuangan yang sehat dari suatu organisasi nirlaba, yaitu:
  • Organisasi nirlaba yang keuangannya sehat memiliki pendapatan yang cukup untuk menjamin kestabilan program kerjanya.
  • Memiliki sumber dana tunai internal atau akses untuk mencairkan dana cepat dalam jangka pendek.
  • Menggunakan anggaran dasar penerimaan dibandingkan anggaran dasar pengeluaran. Anggaran dasar penerimaan artinya (1) Dimulai dengan memperkirakan pendapatan yang realistik, baru kemudian (2) Menentukan biaya nyata dari pemberian jasa tahun berikutnya, dengan menyiapkan: analisis biaya tahun sebelumnya; yang mempertimbangkan kondisi pasar terbaru; serta  mengalokasikan dana secara fungsional.
  • Menyimpan saldo dana yang positif di akhir tahun.
  • Ketika kerugian terjadi, organisasi nirlaba yang keuangannya sehat akan mampu mengakumulasikan keuntungan yang cukup untuk menutupi kerugian yang terjadi pada tahun tersebut.
  • Menetapkan (atau berencana menetapkan) kegiatan cadangan untuk pengembangan keuangan dan dana jangka pendek.
  • Dewan pengurus dan manajemen dari organisasi memegang tanggung jawab sendiri bagi stabilitas keuangan organisasinya.
Bagi Pusat Krisis, ada 4 hal utama yang selalu dilakukan agar dapat mencapai sistem keuangan yang sehat, yaitu:
 
Pembukuan: Melakukan pencatatan untuk setiap transaksi baik penerimaan maupun pengeluaran, sehingga dana tunai yang dimiliki tetap terpantau.
Internal Control: Melakukan kontrol internal terhadap dana yang dimiliki, sehingga meminimalisasi risiko terjadinya penyalahgunaan dana, seperti selalu menempatkan dana tunai ditempat yang aman, memastikan semua pengeluaran sudah disetujui oleh atasan, selalu berpatokan pada budget yang ada, memonitor seberapa banyak pengeluaran yang dilakukan setiap bulan, memiliki staf keuangan yang memenuhi kualifikasi, melakukan audit keuangan secara menyeluruh setiap tahun dan selalu melakukan rekonsiliasi bank setiap bulan, agar meminimalisasi risiko terjadinya selisih keuangan.
Budgeting: Membuat budget pada setiap awal periode kerja dan melakukan pembaharuan setiap bulan untuk memantau seberapa besar budget yang telat terpakai untuk pengeluaran operasional.
Financial Reporting: Membuat laporan keuangan setiap bulan, per enam bulan dan per tahun, yang diserahkan kepada Ketua selaku Manajemen Pusat Krisis serta Dekan Fakultas selaku Dewan Pengurus Pusat Krisis sebagai bahan laporan yang dapat dipertanggungjawabkan.


Adapun Ciri-ciri Organisasi nirlaba adalah sebagai berikut;
  • Sumber daya entitas berasal dari para penyumbang yang tidak mengharapakan pembayaran kembali atas manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan.
  • Menghasilkan barang dan/ atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan kalau suatu entitas menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah dibagikan kepada para pendiri atau pemilik entitas tersebut.
  • Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam arti bahwa kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan, atau ditebus kembali, atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian sumber daya entitas pada saat likuiditas atau pembubaran entitas.
Lima Tahap Pertumbuhan Organisasi Nirlaba
Dalam konteks pertumbuhannya, ternyata organisasi non profit mengalami 5 tahapan pertumbuhan lembaga, diantaranya:
  1. Tahap Pertumbuhan Awal (berawal dari ide atau gagasan satu dua orang)
  2. Tahap Pelembagaan (mulai di buatnya kebijakan-kebijakan atau aturan-aturan baku )
  3. Tahap Desentralisasi (mulainya pendistribusian tugas, kewenangan serta perluasan struktur dalam kerangka menuju cita-cita organissai profit yang didirikan)
  4. Tahap Koordinasi (tahap alamiah pengembangan kebutuhan organisasi dalam menjawab sejumlah tantangan yang muncul dan dihadapi)
  5. Tahap Pemantapan (tahap puncak dari seluruh rangkaian tahapan organisasi, dalam tahap ini juga mulai sangat banyak kerjasama-kerjasama dengan pihak lain)


Pembahasan
Dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa organisasi nirlaba merupakan organisasi yang bergerak dalam bidang pengembangan sosial, yang bertujuan untuk membantu orang memecahkan masalah masyarakat atau sosial, salah satunya yaitu Yayasan SAMANTA yang berperan untuk membantu proses pengumpulan dan penyaluran dana kepada orang-orang yang berhak menerimanya.
Yayasan tersebut juga memiliki visi yang bagus, yaitu terwujudnya pengelolaan lingkungan dan sumber daya alam secara lestari dan berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui penggalangan dan pengembangan pendanaan alternatif. 
Organisasi nirlaba harus bekerja bukan untuk profit, meskipun beberapa bagian dapat melibatkan kegiatan yang menguntungkan, sehingga penggalangan dana merupakan masalah besar. Sebuah organisasi nirlaba harus bergantung pada sumbangan dan kontribusi, mereka sulit untuk menghasilkan dan menerima. 

Baik hal tentang Organisasi Nirlaba
 
  • Kesempatan untuk melayani masyarakat, Sebuah organisasi non-profit dikenal untuk kesejahteraan sosial mereka di masyarakat. 
  • Kinerja yang Efisien, biasanya organisasi non-profit yang lebih agresif dan efisien dalam kinerja mereka karena biasanya orang-orang yang berpengalaman dan berdedikasi bergabung bersama untuk tujuan tersebut. 
  • Perlindungan Hak, lembaga nirlaba yang juga diselenggarakan untuk melindungi kepentingan dan hak-hak anggotanya, dan untuk memberikan pelayanan kepada anggotanya.
  • Kerjasama, organisasi nirlaba mendapatkan kerjasama yang maksimal dari semua sektor. 
  • Manajemen yang berpengalaman, organisasi nirlaba yang dibentuk oleh kelompok yang tertarik dan berpengalaman, sehingga mereka mampu melakukan kegiatan manajemen yang profesional. 
Keterbatasan dari organisasi nirlaba
 
  • Kurangnya Pengukuran kinerja, karena kurangnya moto keuntungan, tidak mudah untuk mengukur kinerja sebuah organisasi nirlaba.
  • Kurangnya Manajemen Profesional.
  • Penyalahgunaan dana.
Organisasi nirlaba atau non-profit terus mencari bidang kesejahteraan sosial yang tidak sepenuhnya hadir, dan mereka datang untuk melayani di daerah-daerah. Dengan cara lain dapat dikatakan bahwa seseorang atau sekelompok orang dengan dedikasi untuk membantu orang lain atau masyarakat.
 
Kepercayaan masyarakat sangatlah penting bagi yayasan samanta (organisasi nirlaba) karena merupakan salah satu misi dari organisasi nirlaba yaitu melakukan penguatan dan pemberdayaan masyarakat miskin yang terpinggirkan dan masyarakat sipil. Dalam memenuhi kepercayaan masyarakat tersebut, yayasan SAMANTA selaku organisasi nirlaba dituntut untuk melakukan proses pelaporan keuangan yang dapat memberikan informasi mengenai dana yang telah diterimanya dan kepada siapa dana tersebut di salurkan. Melalui laporan keuangan tersebut, kinerja keuangan yayasan dapat di analisis, sehingga kepercayaan masyarakat tidak akan hilang.
Ketergantungan masyarakat, terutama kelompok rentan dan miskin, terhadap sumber daya alam (SDA) cukup tinggi. Karena SDA merupakan sumber penghidupan bagi sebagian besar masyarakat, terutama di negara sedang berkembang seperti Indonesia. Karena merupakan sumber penghidupan masyarakat, tidak jarang pengelolaannya sarat dengan muatan konflik antar para pihak. Kelompok masyarakat rentan biasanya berada pada posisi terpinggirkan. Oleh karena itu, tata kelola SDA mesti berpihak pada kelompok rentan itu.
Berangkat dari persoalan di atas, SAMANTA mendorong adanya tata kelola SDA dan lingkungan yang mengedepankan keberpihakan pada kelompok masyarakat rentan dan tidak mampu.




Referensi: