Pendahuluan
Setiap individu dengan segala kelebihan dan keterbatasan yang melekat di dalamnya memiliki sejumlah kebutuhan dan tujuan. Untuk mewujudkan kebutuhan dan tujuan yang diinginkan tidak jarang membutuhkan bantuan dan kerja sama dengan individu lain, sehingga terbentuklah kelompok. Dalam perkembangan selanjutnya beberapa kelompok membentuk kelompok yang lebih besar dan dikenal dengan sebutan organisasi.
Hanya ada dua posisi seseorang dalam sebuah organisasi, yakni dipimpin dan memimpin. Baik organisasi berskala mikro (contohnya Yayasan, LSM, Industri Kecil dan Menengah, dan organisasi kampus) maupun organisasi berskala makro (contohnya perusahaan-perusahaan besar misalnya Astra, IBM, Wall-mart), tidak bisa terlepas begitu saja dengan pola sistematik yang ada di organisasi.
Organisasi adalah sebuah sistem yang berfungsi sebagai wadah interaksi antar manusia untuk mencapai tujuan tertentu. Seorang pemimpin merupakan tonggak ujung yang akan mengarahkan agar tujuan organisasi tercapai. Pemimpin mempunyai power yang tidak dimiliki oleh orang yang dipimpin. Power tidak dapat tumbuh begitu saja. Power merupakan kekuatan untuk mengelola dan mengatur organisasi.
Teori
Pengertian Konflik
Apa itu konflik?
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Konflik juga dapat diartikan sebagai ketidak setujuan antara dua atau lebih anggota organisasi atau kelompok-kelompok dalam organisasi yang timbul karena mereka harus menggunakan sumber daya yang langka secara bersama-sama atau menjalankan kegiatan bersama-sama dan atau karena mereka mempunyai status, tujuan, nilai-nilai dan persepsi yang berbeda. Anggota-anggota organisasi yang mengalami ketidaksepakatan tersebut biasanya mencoba menjelaskan persoalannya dari pandangan mereka.
Konflik tidak hanya terjadi didalam organisasi saja, tetapi juga dapat terjadi di antara organisasi, konflik antara organisasi yang satu dengan yang lain tidak selalu disebabkan oleh persaingan dari perusahaan-perusahaan di pasar yang sama. Konflik ini bisa terjadi karena adanya ketidakcocokan suatu badan terhadap kinerja suatu organisasi.
Sebagai contoh badan serikat pekerja dicocokkan dengan perlakuan suatu perusahaan terhadap pekerja yang menjadi anggota serikatnya. Konflik ini dimulai dari ketidak sesuaian antara para manajer sebagai individu yang mewakili organisasi secara total. Pada situasi konflik seperti ini para manajer tingkat menengah kebawah bisa berperan sebagai penghubung-penghubung dengan pihak luar yang berhubungan dengan bidangnya.
Apabila konflik ini bisa diselesaikan dengan prioritas keorganisasian atau perbaikan pada kegiatan organisasi, maka konflik-konflik bisa dijadikan perbaikan demi kemajuan organisasi.
Dalam teori organisasi klasik, terdapat empat struktur yang seringkali menjadi tempat terjadinya konflik, yaitu;
- Konflik Hierarki
Pada berbagai macam tingkat hierarki dalam organisasi, terdapat terdapat kemungkinan timbulnya konflik. Misalnya, Dewan direktur bisa konflik dan berselisih paham dengan direktur – direktur lainnya, Pimpinan tingkat tengah, Para pengawas, dan atau dengan Kepala bagian Kepegawaian. Demikian pula ada kemungkinan timbul konflik secara umum antar pimpinan dan karyawannya.
- Konflik Fungsional
Terdapat kemungkinan terjadi konflik fungsional di antara berbagai bagian organisasi yang mempunyai fungsi – fungsi tertentu. Misalnya, konflik diantara bagian produksi dengan bagian pemasaran.
- Konflik Lini – Staf
Terjadi kemungkinan pula konflik antara pejabat – pejabat staf lini dan staf. Konflik ini timbul ketika pejabat – pejabat staf tidak memiliki otoritas formal atas pejabat – pejabat lini.
- Konflik Formal – Informal
Terdapat pula kemungkinan konflik antara satuan – satuan organisasi formal dan informal. Suatu contoh bila terjadi pelaksanaan ketentuan organisasi informal tidak seimbang dengan pelaksanaan ketentuan organisasi formal.
Faktor penyebab konflik
Konflik antar organisasi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu:
- Perbedaan-perbedaan Tujuan & Prioritas.
Konflik juga bisa disebabkan oleh adanya usaha masing-masing sub unit untuk mencapai tujuannya. Hal ini bisa tumbuh menjadi konflik bila ada ketidaksesuaian antar tujuan masing-masing, bahkan usaha pencapaian tujuan suatu sub unit dapat menghalangi sub unit lain dalam mencapai tujuannya.
- Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial.
- Perbedaan latar belakang kebudayaan.
Ini dapat membentuk pribadi-pribadi yang berbeda, sehingga dapat menjadi faktor penyebab konflik.
- Persaingan terhadap sumber-sumber daya yang langka.
Setiap devisi dalam organisasi akan berlomba untuk mendapat bagian dari alokasi sumber daya yg ada. Masing-masing menginginkan alokasi sumber daya yang banyak agar dapat mempercepat pertumbuhan, kemajuan, dan pengembangan dalam divisi. Karena adanya persaingan tersebut maka akan memicu timbulnya konflik.
- Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial.
Pemecahan konflik antar organisasi
Ada beberapa cara untuk menangani konflik antar organisasi, antara lain :
- Introspeksi diri
- Mengevaluasi pihak-pihak yang terlibat.
- Identifikasi sumber konflik
- Mengetahui pilihan penyelesaian atau penanganan konflik yang ada dan memilih yang tepat.
Lima tindakan yang dapat kita lakukan dalam penanganan konflik menurut Spiegel (1994), yaitu:
- Berkompetisi
Tindakan ini dilakukan jika kita mencoba memaksakan kepentingan sendiri di atas kepentingan pihak lain. Pilihan tindakan ini bisa sukses dilakukan jika situasi saat itu membutuhkan keputusan yang cepat, kepentingan salah satu pihak lebih utama dan pilihan kita sangat vital. Hanya perlu diperhatikan situasi menang – kalah (win-win solution) akan terjadi disini. Pihak yang kalah akan merasa dirugikan dan dapat menjadi konflik yang berkepanjangan.
- Menghindari konflik
Tindakan ini dilakukan jika salah satu pihak menghindari dari situasi tersebut secara fisik ataupun psikologis. Sifat tindakan ini hanyalah menunda konflik yang terjadi. Situasi menag kalah terjadi lagi disini. Menghindari konflik bisa dilakukan jika masing-masing pihak mencoba untuk mendinginkan suasana, mebekukan konflik untuk sementara.
- Akomodasi
Yaitu jika kita mengalah dan mengorbankan beberapa kepentingan sendiri agar pihak lain mendapat keuntungan dari situasi konflik itu. Atau disebut juga sebagai self sacrifying behaviour. Hal ini dilakukan jika kita merasa bahwa kepentingan pihak lain lebih utama atau kita ingin tetap menjaga hubungan baik dengan pihak tersebut.
- Kompromi
Tindakan ini dapat dilakukan jika ke dua belah pihak merasa bahwa kedua hal tersebut sama-sama penting dan hubungan baik menjadi yang utama. Masing-masing pihak akan mengorbankan sebagian kepentingannya untuk mendapatkan situasi menang-menang (win-win solution)
- Berkolaborasi
Konflik antar keorganisasian dapat berakibat negatif maupun positif tergantung pada cara mengelola konflik tersebut.
Akibat negatif dari konflik:
- Menghambat komunikasi.
- Mengganggu kohesi (keeratan hubungan).
- Mengganggu kerjasama.
- Mengganggu proses produksi, bahkan dapat menurunkan produksi.
- Menumbuhkan ketidakpuasan terhadap pekerjaan.
- Membuat organisasi tetap hidup dan harmonis.
- Berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan.
- Melakukan adaptasi, sehingga dapat terjadi perubahan dan per-baikan dalam sistem dan prosedur, mekanisme, program, bahkan tujuan organisasi.
- Memunculkan keputusan-keputusan yang bersifat inovatif.
- Memunculkan persepsi yang lebih kritis terhadap perbedaan pendapat.
Pembahasan
Dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa konflik merupakan hal yang tidak bisa dihindari di setiap organisasi, disebabkan oleh banyak faktor yang pada intinya karena organisasi terbentuk dari banyak individu dan kelompok yang memiliki sifat dan tujuan yang berbeda satu sama lain.
Konflik tidak hanya terjadi didalam organisasi saja, tetapi juga dapat terjadi di antara organisasi, konflik antara organisasi yang satu dengan yang lain tidak selalu disebabkan oleh persaingan dari perusahaan-perusahaan di pasar yang sama. Konflik ini bisa terjadi karena adanya ketidakcocokan suatu badan terhadap kinerja suatu organisasi.
Secara umum memang konflik dapat menimbulkan tekanan, akan tetapi kadang-kadang konflik dapat mengakibatkan inovasi perubahan. Kemampuan menangani konflik terutama yang menduduki jabatan pimpinan. Yang terpenting adalah mengembangkan pengetahuan yang cukup dan sikap yang positif terhadap konflik, karena peran konflik yang tidak selalu negatif terhadap organisasi. Dengan pengembalian yang cukup senang, pimpinan dapat cepat mengenal, mengidentifikasi dan mengukur besarnya konflik serta akibatnya dengan sikap positif dan kemampuan kepemimpianannya, seorang pimpinan akan dapat mengendalikan konflik yang akan selalu ada, dan bila mungkin menggunakannya untuk keterbukaan organisasi dan anggota organisasi yang dipimpinnya. Tentu manfaatnya pun dapat dirasakan oleh dirinya sendiri. Konflik dapat menambah semangat orang-orang untuk beraktivitas. Didalam suatu organisasi hal ini tentunya akan menjadiakan organisasi tersebut lebih maju dan berkembang pesat. Oleh karena itu, konflik sebaiknya diselesaikan secara baik dan penuh kebijakan.
Referensi: